Selasa, 07 April 2015

validitas

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh…
            Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-Nyalah sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang diberikan oleh Ibu selaku dosen mata kuliah Psikometri.
            Makalah ini dibuat dalam rangka menyelesaikan tugas yang diberikan oleh dosen yang bersangkutan dan juga semoga makalah bermanfaat bagi kami dan juga bagi para pembacanya
            Saya menyadari bahwa penyusunan makalah ini tidak luput dari kesempurnaan sehingga kami mengharap kritik dan saran demi terbangunnya makalah kami di kemudian kelak.
Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh…




                                                                                                   Banda Aceh, 27 Desember 2014

                                                                                                                    Kelompok 1








DAFTAR ISI

Kata Pengantar..................................................................................................................      1
Daftar Isi............................................................................................................................      2
Bab I   Pendahuluan
Latar Belakang..................................................................................................................      3
Bab II Pembahasan
  A.  Pengertian Validitas....................................................................................................      4
 
B.  Pengertian Uji Validitas...............................................................................................      5
 
C.  Tujuan Uji Validitas.....................................................................................................      5
 
D.  Cara menentukan Validitas……………………………………………………….....      5
E.  Konsep Pengukuran Validitas.....................................................................................      6
   F. Macam - Macam Validitas...........................................................................................      7
G.  Koefisien Validitas Skor Murni..................................................................................     13

BAB III Penutup
Kesimpulan
..........................................................................................................................       15
Saran ...................................................................................................................................       15
Daftar Pustaka
.....................................................................................................................       16





BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Persoalan alat ukur yang digunakan evaluator ketika melakukan kegiatan evaluasi sering dihadapkan pada persoalan akurasi, konsisten dan stabilitas sehingga hasil pengukuran yang diperoleh bisa mengukur dengan akurat sesuatu yang sedang diukur. Instrumen ini memang harus memiliki akurasi ketika digunakan. Konsisten dan stabil dalam arti tidak mengalami perubahan dari waktu pengukuran satu ke pengukuran yang lain.
Data yang kurang memiliki validitas, akan menghasilkan kesimpulan yang bias, kurang sesuai dengan yang seharusnya, dan bahkan bisa saja bertentangan dengan kelaziman. Untuk membuat alat ukur instrumen itu, diperlukan kajian teori, pendapat para ahli serta pengalaman-pengalaman yang kadangkala diperlukan bila definisi operasional variabelnya tidak kita temukan dalam teori. Alat ukur atau instrumen yang akan disusun itu tentu saja harus memiliki validitas, agar data yang diperoleh dari alat ukur itu bisa reliabel, valid dan disebut dengan validitas.



BAB II
PEMBAHASAN
A.  Pengertian Validitas
Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu tes atau instrument pengukur dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila alat tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur, yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut. Tes yang menghasilkan data yang tidak relevan dengan tujuan pengukuran dikatakan sebagai tes yang memiliki validitas rendah. (SaifuddinAzwar, 2010)
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Prinsif validitas adalah pengukuran atau pengamatan yang berarti prinsif keandalan instrumen dalam mengumpulkan data. Instrumen harus dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. Jadi validitas lebih menekankan pada alat pengukuran atau pengamatan.
Suatu skala atau instrumen pengukur dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila instrumen tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut. Sedangkan tes yang memiliki validitas rendah akan menghasilkan data yang tidak relevan dengan tujuan pengukuran.
            Terkandung di sini pengertian bahwa ketepatan pada validitas suatu alat ukur tergantung pada kemampuan alat ukur tersebut mencapai tujuan pengukuran yang dikehendaki dengan tepat. Suatu tes yang dimaksudkan untuk mengukur variabel A dan kemudian memberikan hasil pengukuran mengenai variabel A, dikatakan sebagai alat ukur yang memiliki validitas tinggi. Suatu tes yang dimaksudkan mengukur variabel A akan tetapi menghasilkan data mengenai variabel A' atau bahkan B, dikatakan sebagai alat ukur yang memiliki validitas rendah untuk mengukur variabel A dan tinggi validitasnya untuk mengukur variabel A' atau B. (Azwar 1986).
Sisi lain dari pengertian validitas adalah aspek kecermatan pengukuran. Suatu alat ukur yang valid tidak hanya mampu menghasilkan data yang tepat akan tetapi juga harus memberikan gambaran yang cermat mengenai data tersebut.
Cermat berarti bahwa pengukuran itu dapat memberikan gambaran mengenai perbedaan yang sekecil-­kecilnya di antara subjek yang satu dengan yang lain. Sebagai contoh, dalam bidang pengukuran aspek fisik, bila kita hendak mengetahui berat sebuah cincin emas maka kita harus menggunakan alat penimbang berat emas agar hasil penimbangannnya valid, yaitu tepat dan cermat. Sebuah alat penimbang badan memang mengukur berat, akan tetapi tidaklah cukup cermat guna menimbang berat cincin emas karena perbedaan berat yang sangat kecil pada berat emas itu tidak akan terlihat pada alat ukur berat badan.
Demikian pula kita ingin mengetahui waktu tempuh yang diperlukan dalam perjalanan dari satu kota ke kota lainnya, maka sebuah jam tangan biasa adalah cukup cermat dan karenanya akan menghasikan pengukuran waktu yang valid. Akan tetapi, jam tangan yang sama tentu tidak dapat memberikan hasil ukur yang valid mengenai waktu yang diperlukan seorang atlit pelari cepat dalam menempuh jarak 100 meter dikarenakan dalam hal itu diperlukan alat ukur yang dapat memberikan perbedaan satuan waktu terkecil sampai kepada pecahan detik yaitu stopwatch.
Menggunakan alat ukur yang dimaksudkan untuk mengukur suatu aspek tertentu akan tetapi tidak dapat memberikan hasil ukur yang cermat dan teliti akan menimbulkan kesalahan atau eror. Alat ukur yang valid akan memiliki tingkat kesalahan yang kecil sehingga angka yang dihasilkannya dapat dipercaya sebagai angka yang sebenarnya atau angka yang mendekati keadaan sebenarnya (Azwar 1986).
Pengertian validitas juga sangat erat berkaitan dengan tujuan pengukuran. Oleh karena itu, tidak ada validitas yang berlaku umum untuk semua tujuan pengukuran. Suatu alat ukur biasanya hanya merupakan ukuran yang valid untuk satu tujuan yang spesifik. Dengan demikian, anggapan valid seperti dinyatakan dalam "alat ukur ini valid" adalah kurang lengkap. Pernyataan valid tersebut harus diikuti oleh keterangan yang menunjuk kepada tujuan (yaitu valid untuk mengukur apa), serta valid bagi kelompok subjek yang mana?
B.  Pengertian Uji Validitas
Menurut Sugiyono (2006) Uji validitas adalah suatu langkah pengujian yang dilakukan terhadap isi (content) dari suatu instrumen, dengan tujuan untuk mengukur ketepatan instrumen yang digunakan dalam suatu penelitian
C.  Tujuan uji validitas
Mengetahui sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu instrumen pengukuran dalam melakukan fungsi ukurnya. Agar data yang diperoleh bisa relevan/sesuai dengan tujuan diadakannya pengukuran tersebut.
D.  Cara menentukan vadilitas
 Untuk menguji validitas setiap butir soal maka skor-skor yang ada pada butir yang dimaksud dikorelasikan dengan skor totalnya. Skor tiap butir soal dinyatakan skor X dan skor total dinyatakan sebagai skor Y, dengan diperolehnya indeks validitas setiap butir soal, dapat diketahui butir-butir soal manakah yang memenuhi syarat dilihat dari indeks validitasnya (Arikunto, 1999: 78)


Untuk menguji validitas instrumen digunakan rumus korelasi product moment dengan angka kasar, yaitu:
Dengan rxy merupakan koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y, N merupakan jumlah siswa uji coba, X adalah skor-skor tiap butir soal untuk setiap individu atau siswa uji coba, dan Y adalah skor total tiap siswa uji coba. Untuk menginterpretasikan tingkat validitas, maka koefisien kolerasi dikategorikan pada kriteria sebagai berikut:
Setelah harga koefisien validitas tiap butir soal diperoleh, perlu dilakukan uji signifikansi untuk mengukur keberartian koefisien korelasi berdasarkan distribusi kurva normal dengan menggunakan statistik uji-t dengan persamaan:
dengan: t merupakan nilai hitung koefisien validitas, rxy adalah nilai koefisien korelasi tiap butir soal, dan N adalah jumlah siswa uji coba.
Kemudian hasil diatas dibandingkan dengan nilai t dari tabel pada taraf kepercayaan 95% dan derajat kebebasan (dk) = N–2. Jika thitung > tabel maka koefisien validitas butir soal pada taraf signifikansi yang dipakai.
E.       Konsep Pengukuran Validitas
Pengukuran validitas sebenarnya dilakukan untuk mengetahui seberapa besar (dalam arti kuantitatif) suatu aspek psikologis terdapat dalam diri seseorang, yang dinyatakan oleh skor pada instrumen pengukur yang bersangkutan.
Dalam hal pengukuran ilmu sosial, validitas yang ideal tidaklah mudah untuk dapat dicapai. Pengukuran aspek-aspek psikologis dan sosial mengandung lebih banyak sumber kesalahan (error) daripada pengukuran aspek fisik. Kita tidak pernah dapat yakin bahwa validitas instrinsik telah terpenuhi dikarenakan kita tidak dapat membuktikannya secara empiris dengan langsung.
Pengertian validitas alat ukur tidaklah berlaku umum untuk semua tujuan ukur. Suatu alat ukur menghasilkan ukuran yang valid hanya bagi satu tujuan ukur tertentu saja. Tidak ada alat ukur yang dapat menghasilkan ukuran yang valid bagi berbagai tujuan ukur. Oleh karena itu, pernyataan seperti "alat ukur ini valid" belumlah lengkap apabila tidak diikuti oleh keterangan yang menunjukkan kepada tujuannya, yaitu valid untuk apa dan valid bagi siapa. Itulah yang ditekankan oleh Cronbach (dalam Azwar 1986) bahwa dalam proses validasi sebenarnya kita tidak bertujuan untuk melakukan validasi alat ukur akan tetapi melakukan validasi terhadap interpretasi data yang diperoleh oleh prosedur tertentu.
Dengan demikian, walaupun kita terbiasa melekatkan predikat valid bagi suatu alat ukur akan tetapi hendaklah selalu kita pahami bahwa sebenarnya validitas menyangkut masalah hasil ukur bukan masalah alat ukurnya sendiri. Sebutan validitas alat ukur hendaklah diartikan sebagi validitas hasil pengukuran yang diperoleh oleh alat ukur tersebut.
F.       Macam-macam validitas

a.                   Validitas isi (content validity)
Validitas isi merupakan validitas yang diestimasi lewat pengujian terhadap isi tes dengan analisis rasional atau lewat Profesional Judgment. Pertanyaan yang dicari jawabannya dalam validitas ini adalah sejauh mana aitem – aitem tes mewakili komponen – komponen dalam keseluruhan kawasan isi objek yang hendak diukur ( aspek representasi ) dan sejauh mana aitem – aitem tes mencerminkan ciri prilaku yang hendak diukur ( aspek relevansi ).
Selanjutnya, validitas isi ini terbagi lagi menjadi dua tipe, yaitu face validity (validitas muka) dan logical validity (validitas logis).
1)             Face Validity (Validitas Muka)
           
Validitas muka adalah tipe validitas yang paling rendah signifikasinya karena hanya didasarkan pada penilaian selintas mengenai isi alat ukur. Apabila isi alat ukur telah tampak sesuai dengan apa yang ingin diukur maka dapat dikatakan validitas muka telah terpenuhi.
           
 Dengan alasan kepraktisan, banyak alat ukur yang pemakaiannya terbatas hanya mengandalkan validitas muka. Alat ukur atau instrumen psikologi pada umumnya tidak dapat menggantungkan kualitasnya hanya pada validitas muka. Pada alat ukur psikologis yang fungsi pengukurannya memiliki sifat menentukan, seperti alat ukur untuk seleksi karyawan atau alat ukur pengungkap kepribadian (asesmen), dituntut untuk dapat membuktikan validitasnya yang kuat.

2)              Logical Validity (Validitas Logis)
          
  Validitas logis disebut juga sebagai validitas sampling (sampling validity). Validitas tipe ini menunjuk pada sejauhmana isi alat ukur merupakan representasi dari aspek yang hendak diukur. Untuk memperoleh validitas logis yang tinggi suatu alat ukur harus dirancang sedemikian rupa sehingga benar-benar berisi hanya item yang relevan dan perlu menjadi bagian alat ukur secara keseluruhan. Suatu objek ukur yang hendak diungkap oleh alat ukur hendaknya harus dibatasi lebih dahulu kawasan perilakunya secara seksama dan konkrit.   
b.      Validitas Konstruk (Construct validity)
Menurut Djaali dan Pudji (2008) validitas konstruk adalah validitas yang mempermasalahkan seberapa jauh item-item tes mampu mengukur apa-apa yang benar-benar hendak diukur sesuai dengan konsep khusus atau definisi konseptual yang telah ditetapkan.
Validitas konstruk biasa digunakan untuk instrumen-instrumen yang dimaksudkan mengukur variabel-variabel konsep, baik yang sifatnya performansi tipikal seperti instrumen untuk mengukur sikap, minat, konsep diri, lokus control, gaya kepemimpinan, motivasi berprestasi, dan lain-lain, maupun yang sifatnya performansi maksimum seperti instrumen untuk mengukur bakat (tes bakat), intelegensi (kecerdasan intelekual), kecerdasan emosional dan lain-lain.
Menyimak proses telaah teoritis seperti telah dikemukakan, maka proses validasi konstruk sebuah instrumen harus dilakukan melalui penelaahan atau justifikasi pakar atau melalui penilaian sekelompok panel yang terdiri dari orang-orang yang menguasai substansi atau konten dari variabel yang hendak diukur.

Contoh Format Penelaahan Butir Soal Bentuk Uraian
Mata Pelajaran           :……………………………………………………..
Kelas/Semester           :……………………………………………………..
Penelaah                     :……………………………………………………..
Petunjuk pengisian format penelaahan butir soal bentuk uraian:
Analisislah setiap butir soal berdasarkan semua kriteria yang tertera di dalam format!
Berilah tanda cek ( ) pada kolom “ya” bila soal yang ditelaah sudah sesuai dengan kriteria
Berilah tanda cek ( ) pada kolom “tidak” bila soal yang ditelaah tidak sesuai dengan kriteria, kemudian tuliskan alasan pada ruang catatan atau pada teks soal dan perbaikannya.j
No.
Aspek yang Ditelaah
Nomor Soal
1
2
3
Ya
Tidak
Ya
Tidak
Ya
Tidak

A
1

2

3
4
5


B
6

8
9
10
Materi
 Soal sesuai dengan indikator (menuntut tes tertulis untuk bentuk uraian)
Batasan pertanyaan dan jawaban yang diharapkan sudah sesuai
Materi yang ditanyakan sesuai dengan kompetensi (urgensi, relevasi,
kontinyuitas, keterpakaian sehari-hari tinggi)
Isi materi yang ditanyakan sesuai dengan jenjang jenis sekolah atau tingkat kelas
Konstruksi
Menggunakan kata tanya atau perintah yang menuntutjawaban uraian
Ada petunjuk yang jelas tentang cara pengerjaan soal.
Ada pedoman penskorannya
Tabel, gambar, grafik, peta, atau yang sejenisnya disajikan dengan jelas dan terbaca
Bahasa
Rumusan kalimat soal komunikatif
Butir soal menggunakan bahasa Indonesia yang baku
Tidak menggunakan kata/ungkapan yang menimbulkan penafsiran ganda atau salah pengertian
Tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat/tabu
Rumusan soal tidak mengandung kata/ungkapan yang dapat menyinggung perasaan siswa

Catatan:
Contoh Format Penelaahan Butir Soal Bentuk Pilihan Ganda
Mata Pelajaran           :……………………………………………………..
Kelas/Semester           :……………………………………………………..
Penelaah                     :……………………………………………………..
Petunjuk pengisian format penelaahan butir soal bentuk pilihan ganda:
Analisislah setiap butir soal berdasarkan semua kriteria yang tertera di dalam format!
Berilah tanda cek ( ) pada kolom “ya” bila soal yang ditelaah sudah sesuai dengan criteria. Berilah tanda cek ( ) pada kolom “tidak” bila soal yang ditelaah tidak sesuai dengan kriteria, kemudian tuliskan alasan pada ruang catatan atau pada teks soal dan perbaikannya.

No.
Aspek yang Ditelaah
Nomor Soal
1
2
3
Ya
Tidak
Ya
Tidak
Ya
Tidak

A1

2
3
4
B
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
C
15
16
17
18
MateriSoal sesuai dengan indikator (menuntut tes tertulis untuk bentuk pilihan ganda)
Materi yang ditanyakan sesuai dengan kompetensi (urgensi, relevasi, kontinyuitas, keterpakaian sehari-hari tinggi)
Pilihan jawaban homogen dan logis
Hanya ada satu kunci jawaban
Konstruksi
Pokok soal dirumuskan dengan singkat, jelas dan tegas
Rumusan pokok soal dan pilihan jawaban merupakan pernyataan yang diperlukan saja
Pokok soal tidak memberi petunjuk kunci jawaban
Pokok soal bebas dari pernyataan yang bersifat negatif ganda
Pilihan jawaban homogeny dan logis ditinjau dari segi materi
Gambar, grafik, table, diagram, atau sejenisnya jelas dan berfungsi
Panjang pilihan jawaban relatif sama
Pilihan jawaban tidak menggunakan pernyataan “semua  jawaban di atas salah/benar” dan sejenisnya
Pilihan jawaban yang berbentuk angka/waktu disusun berdasarkan urutan besar kecilnya angka atau kronologisnya
Butir soal tidak bergantung pada jawaban soal sebelumnya
Bahasa
Menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia
Menggunakan bahasa yang komunikatif
Tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat/tabu
Pilihan jawaban tidak mengulang kata/kelompok kata yang sama, kecuali merupakan satu kesatuan pengertian
Catatan:
c.       Validitas empiris
Validitas empiris sama dengan validitas kriteria yang berarti bahwa validitas ditentukan berdasarkan kriteria, baik kriteria internal maupun kriteria eksternal. Kriteria internal adalah tes atau instrumen itu sendiri yang menjadi kriteria, sedangkan kriteria eksternal adalah hasil ukur instrumen atau tes lain di luar instrumen itu sendiri yang menjadi kriteria. Ukuran lain yang sudah dianggap baku atau dapat dipercaya dapat pula dijadikan sebagai kriteria eksternal.
Validitas yang ditentukan berdasarkan kriteria internal disebut validitas internal, sedangkan validitas yang ditentukan berdasarkan kriteria eksternal disebut validitas eksternal.
1)      Validitas internal
Validitas internal merupakan validitas yang diukur dengan besaran yang menggunakan instrumen sebagai suatu kesatuan (keseluruhan butir) sebagai kriteria untuk menentukan validitas item atau butir dari instrumen itu. Dengan demikian validitas internal mempermasalahkan validitas butir atau item suatu instrumen dengan menggunakan hasil ukur instrumen tersebut sebagai suatu kesatuan dan sebagai kriteria, sehingga biasa disebut juga validitas butir.
Pengujian validitas butir instrumen atau soal tes dilakukan dengan menghitung koefesien korelasi antara skor butir instrumen atau soal tes dengan skor total instrumen atau tes. Butir atau soal yang dianggap valid adalah butir instrumen atau soal tes yang skornya mempunyai koefesien korelasi yang signifikan dengan skor total instrumen atau tes.
2)      Validitas eksternal
Kriteria eksternal dapat berupa hasil ukur instrumen yang sudah baku atau instrumen yang dianggap baku dapat pula berupa hasil ukur lain yang sudah tersedia dan dapat dipercaya sebagai ukuran dari suatu konsep atau varaibel yang hendak diukur. Validitas eksternal diperlihatkan oleh suatu besaran yang merupakan hasil perhitungan statistika. Jika kita menggunakan hasil ukur instrumen yang sudah baku sebagai kriteria eksternal, maka besaran validitas eksternal dari instrumen yang kita kembangkan didapat dengan jalan mengkorelasikan skor hasil ukur instrumen yang dikembangkan dengan skor hasil ukur instrumen baku yang dijadikan kriteria. Makin tinggi koefesien korelasi yang didapat, maka validitas instrumen yang dikembangkan juga makin baik. Kriteria yang digunakan untuk menguji validitas eksternal adalah nilai table r (r-tabel).
Jika koefesien korelasi antara skor hasil ukur instrumen yang dikembangkan dengan skor hasil ukurinstrumen baku lebih besar dari pada r-tabel, maka instrumen yang dikembangkan dapat valid berdasarkan kriteria eksternal yang dipilih (hasil ukur instrumen baku). Jadi keputusan uji validitas dalam hal ini adalah mengenai valid atau tidaknya instrumen sebagai suatu kesatuan, bukan valid atau tidaknya butir instrumen seperti pada validitas internal.
Ditinjau dari kriteria eksternal yang dipilih, validitas eksternal dapat dibedakan atas dua macam yaitu:
  1. Validitas prediktif apabila kriteria eksternal yang digunakan adalah adalah ukuran atau penampilan masa yang akan datang.
  2. Validitas kongkuren apabila kriteria eksternal yang digunakan adalah ukuran atau penampilan saat ini atau saat yang bersamaan dengan pelaksanaan pengukuran.
G. Koefisien Validitas Skor Murni
            
Dalam proses validasi, korelasi skor tampak tes dan skor tampak kriteria akan lebih rendah daripada korelasi skor murni tes dan skor murni kriteria. Perhatian bahwa korelasi antara skor tampak tes dan skor tampak kriteria validitasnya, dapat diniyatakan sebagai berikut:

åtxty
ρxy =  ───────
xσy

   





(åtxt) (σtx ) (σty )
ρxy =──────────────────
 xσσtx σty

Persamaan ini dapat dikalikan dengan σtx tx  dan dengan σtyty  tanpa mengubah harga, menjadi:





Bentuk koefisien korelasi dan koefisien reliabilitas:

ρxy = ρtxty  √ (ρxx' ρyy' 

Dikarenakan harga koefisien reliabilitas ρxx'  dan ρyy' dapat dikatakan selalu < daripada 1,0 maka koefisien korelasi skor tampak ρxy  akan selalu < daripada korelasi skor murni ρtxty .

                    ρxy
 ρtxty  =  ──────────
               √ ρxx' √ρyy'

Akhirnya, persamaan diatas dapat dirumuskan dalam bentuk koefisien validitas skor murni, yakni:



Keterangan:

ρxy  =  koefisien validitas skor tampak
ρxx' koefisien reliabilitas tes sebagai prediktor
ρyy' =   koefisien reliabilitas kriteria
           
Persamaan terakhir ini dikenal sebagai formula koreksi terhadap efek atenuasi. Efek atenuasi adalah rendahnya koefisien validitas skor tampak yang diakibatkan eror pengukuran yang terjadi pada prediktor dan pada kriteria validitasinya.  Dengan kata lain eror pengukuran akibat kurang reliabelnya prediktor dan kriterianya menghasilkan underestimasi terhadap validitas tes sebagai prediktor.
     
 Sebagai contoh penggunaan formula koreksi terhadap efek atenuani, kita umpamakan suatu tes yang memiliki reliabilitas rxx' = 0,85 di validasi dengan menggunakan kriteria yang akan diprediksi yang memiliki reliabilitas ryy' = 0,70. ternyata koefisien validitas prediktifnya adalah 0,37. berapakah koefisien validitas prediktif tersebut apabila dikoreksi?

     rxy
rtxty  =  ────────
 rxx' √ ryy'  

 





memasukkan data diatas ke dalam formula koreksi akan menghasilkan :

0,37
rtxty  =  ────────                  rtxty  =  0,479
√ 0,85 √0,70


  
    




yang merupakan peningkatan sebesar 0,109 angka. Inilah koefisien validitas prediktif skor murni yang bersangkutan. 


BAB III
PENUTUP


Kesimpulan
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Prinsip validitas adalah pengukuran atau pengamatan yang berarti prinsif keandalan instrumen dalam mengumpulkan data. Instrumen harus dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. Jadi validitas lebih menekankan pada alat pengukuran atau pengamatan.

Secara umum macam-macam validitas terbagi atas 3, yaitu:
  1. Validitas isi (content validity)
  2. Validitas Konstruk (Construct validity)
  3. Validitas empiris

Saran
Demikianlah makalah ini kami buat, semoga apa yang telah disajikan akan memberikan ilmu dan informasi. Selanjutnya demi kesempurnaan makalah ini kami memohon saran dan kritik guna memperbaiki dikemudian hari.



DAFTAR PUSTAKA

Azwar, Saifuddin. (2004). Reabilitas dan Validitas. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Azwar, Saifuddin. (1999). Dasar – Dasar Psikometri. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.